Monday, February 2, 2009

KOMPRA's FINAL EXAM

AKHIR LASKAR PELANGI


Judul: Mimpi-Mimpi Lintang Maryamah Karpov

Penulis: Andrea Hirata

Penerbit: Bentang, November 2008

Tebal: 510 halaman

"Jika dulu aku tak menegakkan sumpah untuk sekolah setinggi-tingginya demi martabat ayahku, aku dapat melihat diriku dengan terang sore ini; sedang berdiri dengan tubuh hitam kumal, yang kelihatan hanya mataku, memegang sekop menghadap gunungan timah, mengumpulkan napas, menghela tenaga, mencedokinya dari pukul delapan pagi sampai magrib, menggantikan tugas ayahku. Aku menolak semua itu! Kini Tuhan telah memeluk mimpiku.” Cuplikan dalam Maryamah Karpov.

 

Andrea Hirata Seman Said adalah sebuah fenomena sastra Indonesia. Pria kelahiran Desa Gantung, Bangka-Belitung, yang tidak pernah menulis karya sastra ini langsung melahirkan tetralogi. Tiga novelnya yang berjudul Laskar Pelangi, Sang Pemimpi, dan Edensor best seller, bahkan sampai di negeri Jiran, Malaysia. Andrea akhirnya pada Nopember 2008 telah menyelesaikan novel akhirnya, kelanjutan dari kisah Laskar Pelangi tersebut yang diberi judul ‘Mimpi-Mimpi Lintang Maryamah Karpov’.

Judul Maryamah Karpov Mimpi-Mimpi Lintang sangat menarik tapi sekaligus membingungkan pembaca, Maryamah Karpov sebenarnya adalah nama yang disematkan Andrea pada perempuan yang biasa dipanggil Mak Cik pemilik warung kopi ‘Usah kau Kenang Lagi’. Karena Maryamah biasa mengajari bermain catur dengan langkah-langkah Karpov, dia kemudian mendapat julukan Maryamah Karpov, seperti nama pecatur dunia asal Rusia, Anatoly Karpov. Anehnya dalam bangunan kisah ini, nama Karpov terkesan hanya sebagai pemanis novel ini saja. Sampul pada novel keempat ini bergambar wanita cantik sedang bermain biola juga cukup mengundang pertayaan, ditambah dengan kertas novel yang tipis terlihat menjadi lebih elegan dan ringan. Gambar wanita cantik bermain biola merupakan Nurmi, anak dari Maryamah Karpov dan bukan gadis impian Ikal.

Kisah pengembaraan Ikal menjadi pembuka cerita novel ini. Setelah meraih gelar master di Sorbone-Perancis, yang merupakan salah satu universitas terbaik di Perancis, Ikal tidak segera pulang ke Indonesia. Ikal memutuskan melakukan napak tilas, menyusuri kota-kota yang pernah disinggahi selama di Eropa. Kemudian dilanjutkan tentang kisahnya kembali ke tanah Belitong, ringkasnya kisah yang disajikan dalam novel setebal 510 halaman ini mirip novel pertamanya, Laskar Pelangi. Sama-sama menceritakan kehidupan masyarakat Belitong serta kebersamaan anggota Laskar Pelangi dan sekaligus sebagai jawaban dari digantungnya nasib tokoh terdahulu seperti Lintang, Mahar, Ikal, Syadan, Samson, Sahara, Harun, Kucai, dan Akiong. Anggota Laskar Pelangi telah tumbuh dewasa menemukan hidup dan cinta, sementara Ikal pulang dengan membawa ilmu tetapi tidak dapat menggunakan ilmunya demi kemajuan kampungnya dan harus kembali sebagai warga kampung Belitong pada umumnya.

Novel keempat Andrea ini pada dasarnya cukup merubah dari ketiga novelnya terdahulu yang terkenal mengalir, benar-benar ada serta hidup. Cerita tentang dokter gigi dari Jakarta terkesan berbelit-belit. Di sini diceritakan bahwa setelah berbulan-bulan membuka praktek tidak satupun warga kampung yang bersedia memeriksakan giginya, alasan warga kampung “mulut sama dengan kelamin, bukan muhrimnya tidak boleh melihat”, warga kampung lebih suka pergi ke dukun bila ada masalah dengan giginya. Setelah mendapat bujukan dari ketua kampung akhirnya Ikal bersedia mencabutkan giginya, sekaligus menjadi pasien pertama warga Belitong, yang kemudian mendapat liputan dari media cetak dan radio. Kisah Ikal dapat mengangkat kapal Lanun (perampok) yang karam di sungai  Linggang yang sudah berpuluh-puluh tahun dengan bantuan Lintang yang dapat menguraikan rumus tekanan dan momentum juga cukup tidak masuk akal, apalagi Lintang bukan seorang berpendidikan tinggi, di sini Andrea juga seolah menyamakan pengetahuan dan ilmu pengertahuan adalah sama!

Terlepas dari kekekurangan di atas tentunya novel ini ada kelebihannya, cara pengungkapan bahasa yang penuh sastra, sederhana, lugu, ada setia kawan, kepatuhan kepada orang tua, pembangkangan, kekonyolan, dan ditambah kepandaian humor Andrea yang semakin terasah membuat novel ini tidak boleh dilewatkan begitu saja, terutama bagi seseorang yang menyukai gaya bersastra melayu. (Ed)



ETNOGRAFI KOMUNIKASI


Judul: Etnografi Komunikasi Suatu Pengantar dan Contoh Penelitiannya

Penulis: Prof. Dr. Engkus Kuswarno, M.S

Penerbit: Widya Padjadjaran, Agustus 2008

Tebal: 176 halaman

Etnografi komunikasi menurut pandangan Wilbur Schramn, bahwa Ilmu Komunikasi bagaikan “Oase”, banyak dihampiri dan berjumpa dengan bidang ilmu lainnya, maka Etnografi Komunikasi merupakan contoh salah satu hasil perjumpaan tiga bidang ilmu: Etnografi, Linguistik dan Komunikasi.


Engkus Kuswarno lebih dikenal sebagai guru besar program Sarjana dan Pascasarjana di beberapa perguruan tinggi Indonesia seperti di Universitas padjadjaran Bandung. Buku karangannya yang berjudul ‘Etnografi Komunikasi Suatu Pengantar dan Contoh Penelitiannya’ merupakan jenis buku yang membahas penelitian komunikasi kualitatif.

Etnografi komunikasi secara terperinci berusaha mengenali pola-pola suatu suku bangsa dalam suatu etnografi tertentu. Studi dilakukan dengan upaya pendekatan terhadap sosiolinguistik bahasa, melihat penggunaan bahasa secara umum dihubungkan dengan nilai-nilai sosial kultural yang ada dalam suatu masyarakat. Memahami pola-pola komunikasi yang hidup dalam suatu masyarakat tutur, atau masyarakat yang memiliki kaidah yang sama untuk berkomunikasi akan memberikan gambaran umum dari perilaku masyarakat, memberi gambaran unit-unit komunikatif dari suatu masyarakat tutur diorganisasikan yang dipandang secara luas sebagai ‘cara-cara berbicara’, dan bersama dengan makna menurunkan makna dari aspek-aspek kebudayaan yang lain.

Menurut Engkus Kuswarno, tradisi yang merupakan aliran pemikiran ilmu-ilmu sosial yang turut memberikan sumbangsih pemahaman komprehensif terhadap etnografi komunikasi seperti fenomenologi, interaksi simbolik, kontruksi realitas secara sosial, etnometodologi, dramaturgi, dan hermeneutik.  Selain itu, buku ini juga menjelaskan cara-cara melakukan penelitian etnografi komunikasi, dan juga memberikan contoh penelitian etnografi komunikasi tentang anak tuna rungu.

Sampul buku memadukan warna hitam, putih, dan kuning yang disertai berbagai gambar manusia cukup memberi gambaran tentang isi buku bahwa membahas etnografi. Pemilihan bentuk dan ukuran tulisan cukup baik sehingga tidak sesak oleh mata, tetapi sangat disayangkan dalam isi buku hanya dipenuhi warna hitam dan putih, pembahasan buku ini cenderung terlalu umum, contoh penelitian yang diberikan hanya satu tentang anak tuna rungu.

Walau bagaimanapun, buku ini sangat baik dibaca terutama bagi seseorang yang menempuh jurusan Antropologi, Linguistik dan Ilmu Komunikasi dan akan menyusun tugas akhir. Seseorang dapat memperdalam teori-teori penelitian tentang masyarakat, dan bagaimana menyusun sebuah penelitian berkaitan dengan interaksi yang terjadi di masyarakat.

Ringkasnya, Etnografi Komunikasi sebagai suatu studi pengembangan dari Antropologi Linguistik yang dipahami dalam konteks komunikasi, menggabungkan sosiologi (analisis interaksional dan identitas peran) dengan Antropologi (kebiasaan penggunaan bahasa dan filosofi yang melatarbelakanginya) dalam konteks komunikasi. (Ed)

 

No comments: